Menerjemahkan Keselarasan Semesta; Iwan Tirta Private Collection
By ketupatkartini - Jun 8, 2017Menyaksikan pergelaran busana Iwan Tirta Private Collection tidak pernah hanya sekedar menjadi presentasi koleksi, tetapi lebih daripada itu. Menangkap dan menyelami makna dan filosofi dibalik sebuah karya, yang dituangkan dalam semua aspek pertunjukan; suasana, atmosfir, emosi, desain, tata letak, tata lampu, tata digital, koreografi, tata gerak, dan seluruh aspek lainnya. Sebagai maestro batik, almarhum Iwan Tirta memiliki legacy yang luar biasa yang masih dipegang dengan kuat oleh para penerusnya, terutama melalui nama Iwan Tirta Private Collection ini.
Pemikiran dan filosofi Iwan Tirta dalam melestarikan tradisi batik Indonesia merupakan warisan yang tak ternilai. Sebagai label yang memiliki misi untuk meneruskan komitmen sang Maestro dalam mempreservasi ragam motif batik, Iwan Tirta Private Collection senantiasa menarasikan filosofi mengenai “keselarasan” melalui setiap koleksi retail dan runway yang dikeluarkan. Keselarasan yang sempurna merupakan esensi dari penciptaan seni batik, di mana keseimbangan antara suasana hati, pikiran, teknik, dan motif akan menghasilkan kain batik yang bermutu tinggi.
Keselarasan tersebut yang akan dibawa disetiap sesi kehidupan manusia, salah satunya di lingkungan keluarga. Konsep inilah yang juga diadaptasi oleh PermataBank dalam memposisikan diri sebagai Bank yang menjunjung nilai “Inovasi untuk jutaan keluarga Indonesia”, dimana selalu memperhatikan keselarasan yang sempurna untuk menuju hidup yang lebih baik.
Iwan Tirta Private Collection telah merilis sejumlah koleksi yang mengusung filosofi keselarasan ini dalam dua tahun terakhir. Dimulai dari koleksi Dewaraja yang menggambarkan keselarasan manusia sebagai pemimpin dengan Tuhannya, hingga Swatantra yang mengangkat filosofi akan keselarasan yang dicapai melalui proses pengosongan diri.
Untuk runway collection tahun 2017 yang terbaru, Iwan Tirta Private Collection menampilkan rangkaian koleksi bertema Condrosengkolo, sebuah kisah mengenai keselarasan antara manusia dan alam semesta. Condrosengkolo mengacu pada perhitungan waktu Jawa yang berbasis rotasi bulan. Filosofi ini menggunakan simbolisasi dari angka tahun untuk menggambarkan watak dari tahun tersebut, serta menjadi panduan bagi masyarakat untuk mengatur waktu pelaksanaan aktivitas mereka agar selaras dengan semesta dan mendapatkan hasil yang terbaik.
Diselenggarakan di ballroom Fairmont Jakarta, pergelaran koleksi Condrosengkolo akan menyuguhkan 60 looks untuk pria dan wanita yang dibagi ke dalam empat sekuens. Masing-masing bagian melambangkan sebuah elemen alam semesta, yang meliputi Akasa (langit), Dahana–Tirta (air–api), Bawono (tanah), dan Maruta (angin).
Mempertahankan warisan sang maestro sebagai jembatan antara fashion dan budaya, Condrosengkolo akan dibuka dengan penampilan paduan tembang Pangkur Gedong Kuning yang berisi bait-bait puisi tradisional Jawa karya Sunan Kalijaga berisikan mantra untuk menolak bala, serta tarian Bedhaya Matah Ati karya Atilah Soeryadjaya yang terinspirasi dari format tari klasik bedoyo sebagai representasi atas dua unsur keseimbangan semesta yang dikuasai perempuan Jawa. Tembang dan tarian ini akan dibawakan oleh para penari yang menggunakan kostum dan aksesoris peninggalan almarhum Iwan Tirta yang diberikan pada Atilah Soeryadjaya saat menyiapkan pertunjukan Matah Ati.
Sekuens fashion show diawali dengan Akasa yang didominasi oleh warna-warna biru sebagai perlambangan elemen langit dan dipadukan dengan motif Alas-alasan yang tampak seperti rasi bintang. Kombinasi biru dan merah yang mewakili elemen air dan api tampil serasi dengan motif gajah dan naga yang melambangkan keseimbangan pada sekuens Dahana–Tirta. Lalu dalam sekuens Bawono, warna tanah layaknya kuning gading, coklat sogan, dan hitam tampil bersama menggambarkan pohon kehidupan. Sebagai penutup rangkaian koleksi Condrosengkolo, sekuens Maruta hadir dibalut dalam palet warna cerah seperti ungu, hijau turquoise, dan merah, yang dipadukan dengan motif-motif merak yang indah.
“Setiap tampilan mengedepankan ciri khas koleksi busana Iwan Tirta Private Collection, yaitu potongan-potongan klasik yang mengutamakan desain motif batik. Teknik pewarnaan garaman dan ombré yang digunakan juga menandai inovasi baru yang digunakan label ini dalam pewarnaan batik.”, ungkap Era Soekamto – Creative Director Iwan Tirta Private Collection. Dalam rangkaian koleksi wanita, beragam gaun panjang, cocktail dress, dan tampilan two-pieces hadir dengan siluet sederhana yang elegan namun tetap edgy berkat aplikasi teknik drapery serta pilihan material seperti organza dan sutra ABTM.
Sementara highlight pada koleksi pria meliputi kemeja lengan panjang dengan fitting yang modern dan aksen mandarin collar yang lebar, serta pilihan suit yang mudah dipadu padankan. Seluruh tampilan pria hadir dengan styling bernuansa etnik, di mana kemeja dipadukan dengan kain sarung ataupun celana pantalon lurus, masing-masing mewakili karakter beragam para pecinta koleksi Iwan Tirta Private Collection.
See also:
--
Kolaborasi Desainer + Brand yang Unik & 'Unexpected' dalam Plaza Indonesia Fashion Week 2018 --
Mengenal Batik Durian Lubuklinggau yang Tampil di Milan Fashion Week 2021 --
The Spectrum of Batik, Memadukan Batik dan Kecanggihan Tata Cahaya --
Merawat Batik & Hijab Lebih Baik dengan Mesin Cuci Electrolux UltraEco --